Laman

Kamis, 20 September 2012

Hidup Dari Hutang

"Mas, aku butuh uangnya sekarang," rengekmu lewat sms dan telpon kepadaku. Ini adalah yang kesekian kalinya kamu menghutang uang kepadaku dalam jumlah yang tidak sedikit. Alasanmu sangat standar, untuk biaya hidup dan biaya memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Alasan yang sama juga kau utarakan setahun yang lalu. Aku jadi berpikir, apakah nanti kamu akan terus begini, hidup dari tumpukan hutang yang bersumber dariku?

Pekerjaan yang kamu lakukan saat ini, mengajar, adalah pekerjaan impianmu semenjak kuliah. Untuk itu kamu rela mengadu nasib ke ibukota dan meninggalkan ibumu di rumah hanya berdua dengan adik laki-lakimu. Ayahmu telah meninggal dunia saat kamu SMP, dan kupikir itu adalah pukulan telak bagi kondisi ekonomi keluargamu. Ibumu yang bekerja sebagai buruh pabrik rokok harus berhenti bekerja karena kesehatannya memburuk. Kamu sebagai anak pertama bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga dari hasil pekerjaanmu.