Kalau
saja sebelumnya aku tahu bahwa menikah itu rasanya seperti ini, aku bakalan
mikir sejuta kali sebelum memutuskan menikah. Apalagi menikah denganmu. Aku sangat
menyesal, menikah dengan wanita tidak berguna sepertimu hanya membuatku merasa
terbebani setiap hari. Aku iri dengan teman-temanku yang rumah tangganya begitu
tenteram dan harmonis. Mengapa kita tidak bisa seperti mereka? Mengapa kau
tidak bisa bersikap seperti istri teman-temanku?
Terormu
dimulai di subuh hari. Setelah selesai sholat subuh, aku kembali berbaring di
kasur dan berharap bisa tidur lagi selama 1-2 jam sebelum berangkat kerja. Tapi
kau selalu menggangguku sehingga aku tidak bisa tidur. Entah itu merengek minta
diantar ke pasar, main game di ipad-ku dengan suara keras, atau menggodaku dan
memaksaku berhubungan intim dengan kondisi ngantuk berat. Aku sangat tersiksa
sehingga di kantor tidak bisa bekerja dengan maksimal.
Di siang
hari kau selalu menonton sinetron yang tidak jelas sehingga aku yang hendak
beristirahat siang jadi nggak bisa merem sama sekali. Aku jadi menyesal
memasang TV berlangganan di rumah karena remote-nya selalu dikuasai olehmu. Kalau
sedang bosan nonton sinetron, lagi-lagi kau memainkan game di ipad-ku dengan
suara keras. Aku juga sangat menyesal telah membeli ipad itu dengan harga yang
mahal karena ternyata tidak ada manfaatnya sama sekali bagiku.
Sore
hari, sepulangnya dari kantor, aku selalu mendapatimu sedang tidur sambil
ngorok. Hei, seperti itukah istri yang baik? Suaminya bekerja mati-matian
sampai tenaga dan pikiran terkuras (dibayar dengan gaji yang tidak seberapa
pula), istrinya malah enak-enakan ngorok di kasur! Seharusnya kau sudah mandi,
memakai baju bagus dan wangi-wangian, lalu menyambut kepulanganku dengan mesra!
Kau itu istri macam apa?
Malam
hari sebelum tidur, lagi-lagi kau main game di ipad-ku. Lalu menyetel lagu-lagu
dangdut jawa dengan suara keras di hapemu secara berulang-ulang. Aku, yang
menyukai musik genre pop dan rock, tentu saja pusing tujuh keliling
mendengarkan lagu-lagu nggak jelasmu itu. Aku baru bisa tidur setelah tengah malam,
setelah kau terlelap dan aku mematikan player di hapemu.
Itu baru
rutinitas yang kulakukan setiap hari. Belum lagi ulahmu ketika ada event-event
yang seharusnya bisa kunikmati bersama teman-teman, contohnya:
Ketika
NOAH mengadakan konser di kota, teman-teman mengajakku nonton. Tentu saja aku
sangat bersemangat untuk pergi. Tapi kau menolak. “Aku benci Ariel,” katamu. Alhasil
di malam itu aku gagal total menonton band pujaanku dan malah mengantarmu ke
swalayan untuk membeli beberapa potong pakaian wanita. Duh, aku kesal sekali. Tapi
pasti kau takkan bisa mengerti perasaanku.
Ketika
ada acara outbond teman-teman sekantor di sebuah obyek wisata air terjun, kau
kuajak serta. Entah kenapa, tiba-tiba kau jatuh sakit. Jadilah sepanjang acara
outbond itu aku terpaksa berdiri di sampingmu, menjagamu. Sementara teman-temanku
bebas menikmati permainan flying fox dan mini rafting, aku hanya bisa melihat
dengan iri. Kau bahkan nyaris dikeroyok monyet-monyet hutan yang kelaparan
karena tanganmu memegang biskuit. Lalu sewaktu hendak pulang dari air terjun,
karena tidak berhati-hati, kau terpeleset dan kakimu terkilir. Terpaksa aku
mengeluarkan uang untuk membayar tukang pijat yang membetulkan letak urat
kakimu.
Kau selalu
bertanya padaku, kapan kau akan hamil. Katamu aku suami yang payah, ada istri
di sampingnya malah dibiarkan begitu saja setiap hari. Padahal justru dirimulah
yang payah. Setiap kali kita selesai berhubungan intim, kau selalu saja
mengeluh sakit di selangkanganmu sehingga besoknya ketika aku meminta lagi, kau
menolaknya dengan alasan masih sakit. Aku bertanya dengan baik-baik, dimana
bagian tubuhmu yang perlu dirangsang agar kau bisa orgasme dan mungkin akan
mengurangi sakitmu, tapi kaujawab tidak tahu. Lantas bagaimana caranya agar aku
bisa menghamilimu kalau begitu?
Kau memprotes
benda-benda koleksiku karena rata-rata mengandung unsur wanita yang berpakaian
minim atau telanjang. Justru dengan benda-benda itulah aku bisa menghibur diri
dan melepas penat setelah seharian bergelut dengan pekerjaan. Salahmu sendiri
kan, jadi istri kok bertingkah seenaknya sendiri. Padahal sudah jelas-jelas di
dalam ajaran agama disebutkan bahwa istri harus menyenangkan suami. Istri harus
patuh dan taat kepada suami. Sementara kau? Kau istri macam apa? Kau tidak tahu
kisah wanita pertama yang masuk surga? Ia sangat berbakti kepada suaminya dan
tak sekalipun berani membantah perintahnya. Kau tidak ingin masuk surga seperti
dirinya? Kau memprotes caraku menghibur diri, sementara kau sendiri tidak becus
menjalankan tugasmu sebagai istri.
Aku sangat
iri dengan teman-temanku yang pamer kemesraan dengan istri dan anak-anak mereka
di facebook atau jejaring sosial lainnya. Mereka tampak sangat rukun dan akrab,
baik itu ketika melakukan aktivitas di rumah ataupun sedang bertamasya di
tempat wisata tertentu. Teman-temanku menjadi lebih gemuk setelah beristri.
Sementara aku malah semakin kurus dan terus bertambah kurus semenjak kau ada
dalam kehidupanku. Justru kau-lah yang bertambah gemuk setelah menikah (dan
mungkin pertambahan bobotmu akan semakin tak terkendali lagi). Aku sangat
menyesal dilahirkan ke dunia ini. Menikah denganmu membuatku tidak pernah
merasakan kebahagiaan lagi.
Enyahlah dari
hidupku, dasar istri tidak berguna!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar