Laman

Minggu, 16 Februari 2014

Dasar Istri Tidak Berguna!

Kalau saja sebelumnya aku tahu bahwa menikah itu rasanya seperti ini, aku bakalan mikir sejuta kali sebelum memutuskan menikah. Apalagi menikah denganmu. Aku sangat menyesal, menikah dengan wanita tidak berguna sepertimu hanya membuatku merasa terbebani setiap hari. Aku iri dengan teman-temanku yang rumah tangganya begitu tenteram dan harmonis. Mengapa kita tidak bisa seperti mereka? Mengapa kau tidak bisa bersikap seperti istri teman-temanku?

Terormu dimulai di subuh hari. Setelah selesai sholat subuh, aku kembali berbaring di kasur dan berharap bisa tidur lagi selama 1-2 jam sebelum berangkat kerja. Tapi kau selalu menggangguku sehingga aku tidak bisa tidur. Entah itu merengek minta diantar ke pasar, main game di ipad-ku dengan suara keras, atau menggodaku dan memaksaku berhubungan intim dengan kondisi ngantuk berat. Aku sangat tersiksa sehingga di kantor tidak bisa bekerja dengan maksimal.

Di siang hari kau selalu menonton sinetron yang tidak jelas sehingga aku yang hendak beristirahat siang jadi nggak bisa merem sama sekali. Aku jadi menyesal memasang TV berlangganan di rumah karena remote-nya selalu dikuasai olehmu. Kalau sedang bosan nonton sinetron, lagi-lagi kau memainkan game di ipad-ku dengan suara keras. Aku juga sangat menyesal telah membeli ipad itu dengan harga yang mahal karena ternyata tidak ada manfaatnya sama sekali bagiku. 

Sore hari, sepulangnya dari kantor, aku selalu mendapatimu sedang tidur sambil ngorok. Hei, seperti itukah istri yang baik? Suaminya bekerja mati-matian sampai tenaga dan pikiran terkuras (dibayar dengan gaji yang tidak seberapa pula), istrinya malah enak-enakan ngorok di kasur! Seharusnya kau sudah mandi, memakai baju bagus dan wangi-wangian, lalu menyambut kepulanganku dengan mesra! Kau itu istri macam apa?

Malam hari sebelum tidur, lagi-lagi kau main game di ipad-ku. Lalu menyetel lagu-lagu dangdut jawa dengan suara keras di hapemu secara berulang-ulang. Aku, yang menyukai musik genre pop dan rock, tentu saja pusing tujuh keliling mendengarkan lagu-lagu nggak jelasmu itu. Aku baru bisa tidur setelah tengah malam, setelah kau terlelap dan aku mematikan player di hapemu.

Itu baru rutinitas yang kulakukan setiap hari. Belum lagi ulahmu ketika ada event-event yang seharusnya bisa kunikmati bersama teman-teman, contohnya:

Ketika NOAH mengadakan konser di kota, teman-teman mengajakku nonton. Tentu saja aku sangat bersemangat untuk pergi. Tapi kau menolak. “Aku benci Ariel,” katamu. Alhasil di malam itu aku gagal total menonton band pujaanku dan malah mengantarmu ke swalayan untuk membeli beberapa potong pakaian wanita. Duh, aku kesal sekali. Tapi pasti kau takkan bisa mengerti perasaanku.

Ketika ada acara outbond teman-teman sekantor di sebuah obyek wisata air terjun, kau kuajak serta. Entah kenapa, tiba-tiba kau jatuh sakit. Jadilah sepanjang acara outbond itu aku terpaksa berdiri di sampingmu, menjagamu. Sementara teman-temanku bebas menikmati permainan flying fox dan mini rafting, aku hanya bisa melihat dengan iri. Kau bahkan nyaris dikeroyok monyet-monyet hutan yang kelaparan karena tanganmu memegang biskuit. Lalu sewaktu hendak pulang dari air terjun, karena tidak berhati-hati, kau terpeleset dan kakimu terkilir. Terpaksa aku mengeluarkan uang untuk membayar tukang pijat yang membetulkan letak urat kakimu.

Kau selalu bertanya padaku, kapan kau akan hamil. Katamu aku suami yang payah, ada istri di sampingnya malah dibiarkan begitu saja setiap hari. Padahal justru dirimulah yang payah. Setiap kali kita selesai berhubungan intim, kau selalu saja mengeluh sakit di selangkanganmu sehingga besoknya ketika aku meminta lagi, kau menolaknya dengan alasan masih sakit. Aku bertanya dengan baik-baik, dimana bagian tubuhmu yang perlu dirangsang agar kau bisa orgasme dan mungkin akan mengurangi sakitmu, tapi kaujawab tidak tahu. Lantas bagaimana caranya agar aku bisa menghamilimu kalau begitu?

Kau memprotes benda-benda koleksiku karena rata-rata mengandung unsur wanita yang berpakaian minim atau telanjang. Justru dengan benda-benda itulah aku bisa menghibur diri dan melepas penat setelah seharian bergelut dengan pekerjaan. Salahmu sendiri kan, jadi istri kok bertingkah seenaknya sendiri. Padahal sudah jelas-jelas di dalam ajaran agama disebutkan bahwa istri harus menyenangkan suami. Istri harus patuh dan taat kepada suami. Sementara kau? Kau istri macam apa? Kau tidak tahu kisah wanita pertama yang masuk surga? Ia sangat berbakti kepada suaminya dan tak sekalipun berani membantah perintahnya. Kau tidak ingin masuk surga seperti dirinya? Kau memprotes caraku menghibur diri, sementara kau sendiri tidak becus menjalankan tugasmu sebagai istri.

Aku sangat iri dengan teman-temanku yang pamer kemesraan dengan istri dan anak-anak mereka di facebook atau jejaring sosial lainnya. Mereka tampak sangat rukun dan akrab, baik itu ketika melakukan aktivitas di rumah ataupun sedang bertamasya di tempat wisata tertentu. Teman-temanku menjadi lebih gemuk setelah beristri. Sementara aku malah semakin kurus dan terus bertambah kurus semenjak kau ada dalam kehidupanku. Justru kau-lah yang bertambah gemuk setelah menikah (dan mungkin pertambahan bobotmu akan semakin tak terkendali lagi). Aku sangat menyesal dilahirkan ke dunia ini. Menikah denganmu membuatku tidak pernah merasakan kebahagiaan lagi. 

Enyahlah dari hidupku, dasar istri tidak berguna!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar