Waktu itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari kampus naik motor. Suasana jalan sedang ramai. Bus-bus dan truk-truk saling menyalip bagaikan berebut predikat "raja jalanan". Aku mengendarai motor dengan hati-hati. Berusaha untuk tidak terpancing ulah para pengemudi sembrono itu.
Tetapi nasib buruk tidak dapat ditolak. Ban motorku melindas bangkai tikus yang dibuang di tengah jalan. Sontak setir motor oleng dan tak bisa kukendalikan.
BRUK! Aku jatuh ke sebelah kanan.
Aku tak sempat menggunakan kaki untuk menahan tubuhku yang jatuh, jadi secara refleks kugunakan tangan. Akibatnya pergelangan tangan kananku langsung terasa sakit. Untungnya tidak ada motor atau mobil yang menyambarku dari belakang.
Aku bangkit dan meneruskan perjalanan dengan sedikit memaksakan tangan kananku untuk menyetir. Sesampainya di kost, aku duduk, memegang tangan kananku sambil meringis kesakitan. "Kamu kenapa, Mas?" tanya seorang teman. "To-Tolong tempelkan koyo cabe di pergelangan tangan kananku," pintaku.
Sementara temanku menempelkan koyo, aku menceritakan semua kejadian yang barusan kualami. "Kalau cuma ditempel koyo cabe begini, belum tentu sembuh, Mas," kata temanku. "Mending kita pergi ke tukang pijat urat saja biar cepat sembuh. Aku antar yuk? Dekat sini kok,". Aku setuju.
Karena tempatnya cukup dekat, kami berdua berjalan kaki saja. Sampai di sana aku langsung ditangani oleh tukang pijat wanita bertubuh gemuk. Dia menggosok pergelangan tangan kananku dengan minyak urut, kemudian memijatnya. Aku menjerit-jerit kesakitan. "Ini uratnya ada yang salah tempat. Harus dibetulkan," katanya.
Tukang pijat itu memijatku selama kurang lebih 30 menit. Tanganku dibalutnya dengan perban. "Perbannya baru boleh dilepas besok pagi," pesannya padaku. Setelah membayar dengan harga yang pantas dan mengucapkan terima kasih, kami berdua pamit pulang.
Di tengah perjalanan pulang kami bertemu dengan sekelompok cewek teman kuliah. Di antara mereka ada seorang cewek yang kutaksir. Ia memakai baju dan kerudung warna hijau yang anggun.
Melihat tangan kananku yang diperban, sekelompok cewek tersebut merubungku. "Kenapa kamu, Mas? Patah tulang ya? Atau patah hati, terus mau bunuh diri?" tanya mereka. Kuceritakan pada mereka apa-apa yang terjadi padaku. "Oo, kasihan banget. Cepat sembuh ya Mas," kata mereka. Aku hanya tersenyum. Enak juga rasanya jadi pusat perhatian cewek-cewek kayak gini. Hehehe...
Tapi, cewek yang kutaksir tidak ikut merubung dan menanyaiku. Dia hanya diam dan menoleh ke arah lain. Aku jadi heran.
Sekelompok cewek itu pergi. Cewek manis berjilbab itu juga pergi tanpa mengucap sepatah kata pun.
Sepanjang perjalanan pulang, aku cuma bisa mengira-ngira, apa gerangan yang telah terjadi padanya. Biasanya dialah yang paling ceria dan paling manja daripada cewek-cewek yang lain. Aku terus memikirkannya sampai kami berdua tiba di kost.
Dua jam kemudian, aku keluar dari kostku lagi, berjalan kaki menuju ke tempat kost temanku untuk meminjam catatan kuliah.
"Hei, katanya kamu habis jatuh, ya?" sambut temanku. "Kok tahu?" tanyaku. Ternyata cerita tentang diriku yang jatuh di jalan sudah menyebar ke mana-mana. Aku mengobrol dengan temanku di teras depan rumah kostnya. "Memang orang-orang itu suka ngawur. Buang bangkai tikus di tengah jalan raya," ujar temanku.
Tiba-tiba lewatlah cewek yang kutaksir di jalan depan teras rumah kost itu. Dia sendirian. Dia lewat begitu saja tanpa menoleh atau menyapa kami, padahal seharusnya dia tahu kami berada di situ.
Aku memandangnya. Ingin rasanya aku berlari dan memegang tangannya sembari bertanya, "Kamu itu kenapa?". Tapi kuurungkan niatku. Dalam kondisi seperti ini, akulah yang lebih pantas mendapat perlakuan seperti itu dari dia.
Aku kecewa padamu! Kecewa! Aku selalu membantumu saat kau butuh pertolongan. Aku selalu memberikan semua yang bisa kuberikan bila kau memintanya. Bahkan hal-hal kecil seperti pulpenmu jatuh pun, aku mengambilkannya. Sekarang saat aku jatuh, kau malah mendiamkanku. Tak ada artinya lagi semua cintaku padamu! Kau mengubah cintaku jadi benci!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar