Aku sering bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bertemu dengan makhluk secantik kamu. Dan mengapa setiap makhluk cantik yang aku temui pasti sudah ada yang memiliki. Rasanya tak adil bagiku. Di dunia ini, wanita-wanita cantiknya sudah diembat orang lain. Sementara yang tersisa untukku hanyalah sampah-sampah, dan aku harus mencari sepotong berlian di antara sampah-sampah yang mengerubungiku. Sebuah pekerjaan yang melelahkan. Kemungkinannya sangat kecil untuk bisa berhasil.
Kedatanganmu membuat hidupku lebih berwarna. Tatapan matamu, senyum manismu, tingkah manjamu, suara lembutmu... Kalau ada kamu, aku kuat. Di sampingmu, aku tegar. Bersamamu aku bahagia. Namun aku harus tetap menerima kenyataan bahwa kamu milik orang lain.
Bertahun-tahun aku memendam perasaan ini. Terasa begitu sulit dan aku nyaris jadi gila karenanya. Teman-temanku yang tahu bahwa aku naksir kamu, bilang bahwa kita berdua serasi. Tapi tak ada seorangpun dari mereka yang berusaha membantuku untuk bisa merebut hatimu. Jika ada kamu di dekatku, mereka hanya bersuit-suit atau berdehem. Membuatku jadi salah tingkah.
Akhirnya kamu pun menyadari perasaanku yang lama kupendam ini. Kamu tahu aku cinta. Namun bukannya mencoba mengerti perasaanku, kamu malah mengacuhkanku. Kau tiadakan kehadiranku. Kau sia-siakan pengorbananku. Hidupku jadi lebih sulit tanpamu. Berbagai macam tekanan batin harus kurasakan, dan kamu tetap saja diam.
Sampai pada suatu ketika, tingkat stressku sudah mencapai puncaknya. Aku kehilangan kesabaran. Kucoba menemuimu untuk menghibur diri, tetapi kutemukan mejamu kosong. Temanmu bilang bahwa kamu sedang keluar. Aku meletakkan sebungkus coklat yang ada di tanganku ke atas mejamu, lalu aku kembali ke ruangan.
Selama dua jam aku gelisah sendiri. Membayangkan wajahmu yang terkejut melihat coklat tergeletak di atas meja, lalu kau bertanya pada teman-temanmu, "Siapa yang menaruh coklat di sini?". Jantungku deg-degan. Tapi aku tahu kamu suka coklat. Aku yakin, paling tidak kamu akan mengirimkan sms ucapan terima kasih padaku.
Bel pulang berdering. Tiba-tiba kulihat sosokmu datang menghampiriku. Aku gugup sekaligus senang.
"Mas, ini ada barangnya yang ketinggalan," katamu sambil meletakkan coklat di hadapanku. Setelah itu kau langsung pergi meninggalkanku.
"Lho?? Tapi itu buat kam...," belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, kau telah menjauh. Menghilang. Tinggallah aku yang terbengong-bengong disaksikan oleh beberapa temanku yang belum pulang. Betapa malunya diriku.
Dalam hati aku bertanya-tanya, "Mengapa? Mengapa coklatku dikembalikan? Padahal itu cuma coklat biasa. Nggak ada racunnya. Nggak ada peletnya. Mengapaaa???". Aku terus-terusan menggumam demikian dalam perjalanan pulang ke rumah.
Sesampainya di kamar, aku melompat ke kasur, menempelkan wajah di bantal, dan menangis tersedu-sedu. Dadaku terasa sesak mendapat perlakuan seperti itu. Marah, sedih, dan kecewa bercampur aduk menjadi satu. Aku terus menangis hingga air mataku habis.
Setelah puas menangis, aku berusaha menenangkan diri. Tiba-tiba ada sms masuk. Kulihat namamu muncul di hapeku.
"Mas, maaf ya. Dan makasih coklatnya,".
Ah, mungkin memang aku yang bodoh, mencintai wanita cantik milik orang lain. Mungkin memang aku salah, memberikan coklat dengan cara yang nekat. Mungkin memang nasibku sial, bertemu dengan wanita sepertimu.
Akhirnya kumakan sendiri coklat itu. Di luar, hujan turun dengan derasnya seakan turut merasakan kesedihanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar