Laman

Kamis, 20 Oktober 2011

Gadis Pemarah

Aku tak habis pikir mengapa semua perempuan cantik selalu sudah ada yang memiliki. Tapi itulah hidup. Yang kuat akan mendapatkan yang cantik. Yang lemah, ke laut aja. Mungkin sudah takdirku untuk bertemu dengan gadis pemarah seperti kamu.

Kamu selalu memarahiku tanpa alasan yang jelas dan selalu saja aku yang harus menghiburmu dengan memberikan hadiah-hadiah mahal agar kamu berhenti marah-marah. Sementara pada saat aku ingin marah, kamu malah mengacuhkanku sehingga terpaksa aku terus-terusan menahan gejolak amarah di dalam dada. Akhirnya amarah yang kutahan itu berubah menjadi suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Ternyata kamu tak mau peduli pada penyakitku ini. Aku sangat kecewa.

Aku jadi gila memikirkanmu. Bagaimana ceritanya kok aku bisa menyukaimu? Siapa sangka di balik penampilanmu yang menarik ternyata tersimpan berjuta kebusukan yang tak pernah terbayang di benakku? Kamu permainkan aku, kamu habiskan hartaku, lalu kamu berselingkuh dan berkencan dengan pria yang lain. Kalau saja malam itu aku tak kembali lagi ke rumahmu untuk mengambil kacamata yang ketinggalan, mungkin aku takkan pernah menyadari kebusukanmu itu.

Akhirnya, tiba juga saat itu. Saat di mana aku harus melepaskanmu. Terima kasih untuk 5 tahun yang indah, walaupun kuakui hati ini lebih banyak sakit dan amarahnya karena sikapmu yang senantiasa membingungkanku. Pergilah dan tak usah sedikitpun memikirkan perasaanku. Kini aku bukanlah urusanmu lagi. Demikian pula sebaliknya, kamu bukan urusanku lagi.

Pergilah kamu sejauh-jauhnya, sampai batas dunia. Sungguh aku tak mau melihatmu lagi. Tak ingin mendengar tentangmu lagi. Sia-sia semua kata maaf yang kamu ucapkan karena di hati ini sudah tidak ada ampunan yang tersisa untukmu. Jangan undang aku di hari pernikahanmu dengannya karena aku pasti takkan datang.

Sekarang aku bisa menikmati kesendirian ini tanpa ada yang merusuhi. Berjudi, dugem, mabuk-mabukan, bisa aku lakukan tanpa ada rasa bersalah. Tanpa terganggu lagi oleh kehadiran seorang gadis pemarah.

Semoga peristiwa ini akan lebih bisa menyadarkan orang tuaku bahwa anak lelakinya sudah lama mendambakan ingin menikah. Tepatnya sejak umur 21 tahun. Tapi jalan pikiran mereka yang kolot dan bertele-tele telah mengacaukan segalanya. Aku tumbuh kurus, sakit-sakitan, dan selalu ditolak perempuan gara-gara tak bisa memberi kepastian. Padahal aku begitu haus akan cinta. Cinta yang setia, cinta yang sabar, cinta yang belum -mungkin hingga akhir hayatku takkan pernah- bisa kurasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar